19.11.10

How you describe between Love, Like, and Friend

Halo semua~
Kali ini gue mau posting di blog gw yang absurd nan tercinta ini menggunakan Bahasa Indonesia Tidak Resmi.
Kenapa Bahasa Indonesia Tidak Resmi?
Simple, gw gak berani bilang ini cuma Bahasa Indonesia  aja soalnya kalau Bapak Presiden SBY lagi pidato, beliau gak ngomong pake "gue" dan "lu" kan?

Back to topic, apa yang gw mau kasih tau ke kalian lewat posting ini adalah bagaimana kita ngebatasin antara Cinta, Suka, dan Teman.
Maksudnya "Ngebatasin"?
Hmm, maksud gw adalah jangan sampe kalian gak tau batasan klo kita Cinta sama seseorang, Suka sama seseorang, dan sebagai Teman dari seseorang.
Ooooh, yang punya blog sebenarnya CurCol dah nih pasti huahahahaha
*lempar sepatu plus kaos kakinya
*NB : blom dicuci 2 minggu kaos kakinya



Oke, back to topic (again). Yang gw mau kalian perhatiin, dan menurut pengamatan gw juga, Teman lebih bebas ngelakuin apa aja daripada klo udah Cinta. (despite that gross things such as *piiiip* and *piiiiip*)
Oke, contoh konkritnya kayak gini :
  1. Klo kita berteman, dan benar-benar berteman, kayaknya nyebut dia dengan "sayang" dan "cinta" itu hal yang biasa dan normal, tapi klo kita ngerasa cinta (belom jadian) sama dia nyebut dua kata itu bener-bener susah mau keluar.
  2. Klo kalian berteman, dan teman kalian nyebut-nyebut kalian dengan panggilan kayak "sayang", "cinta", atau "beb" (mungkin?), gue gak merekomendasikan dia buat kalian PDKT-in. Gue gak terlalu bisa jelasin ini kenapa, tapi ini pengalaman penulis. LOL
  3. Kalian juga harus bisa menghargai pertemanan, dan mungkin beberapa orang gak setuju kalo pertemanan bisa jadi ke pacaran. Untungnya, gue bukan tipe beberapa orang itu. Gue masih berpegang teguh sama lagunya Mr.A-Z yang "Lucky"
I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again

They don't know how long it takes
Waiting for a love like this
Every time we say goodbye
I wish we had one more kiss
I'll wait for you I promise you, I will

Syudududu~~ 
Okay, mungkin dari kalian ada yang udah angguk-angguk. Mungkin senasib? atau emang lagi ngantuk waktu baca posting ini? hahaha

Opini gw sendiri terhadap paradigma kaya gini, menurut gw salah banget. Kenapa nggak gitu kan? Kalau memang ada orang yang kalo udah jadian itu bakal jadi lebih "kaku" atau "diem" (no offense :)), it's okay, tapi kenapa harus bisa berubah kayak gitu?

Ini kan tentang perasaan, bukan tentang tindakan kita kepada pasangan kita kan? Gak reasonable klo misalnya cwek nolak kita gara-gara mereka lebih nyaman kalau jadi temen aja. Ya, menurut gw gak reasonable, at all...

*no offense ya :)

No comments:

Post a Comment