15.10.11

Too Super for a Day


Kemarin bener-bener jadi hari yang super banget. Super sekali. Mario Teguh pun kalah super. Bahkan, Superman aja kalah super. Saking kalah supernya, kolornya dia jatoh ke bumi pas dia lagi terbang, masuk ke ember cat warna hijau, jadilah kolor ijo. Trus kolornya dipake sama Hulk. Oh, ternyata Hulk kolornya warna ungu. Faktanya kemarin itu bener-bener sibuk seharian dari pagi sampe ketemu pagi lagi. Oke, gini ceritanya.

Matahari terbit, memancarkan sinarnya. Indah, hangat-hangat tahi ayam. Tapi matahari gak lembek. Aku siap-siap mau ke kampus, menuntut ilmu dan uang saku. Kunaiki sepeda motorku yang telah menemani perjalanan hidupku selama kurang lebih 4 tahun. Kuberi nama dia ‘Heli’. Kasian dia, setiap hari dinaiki, tapi gak pernah aku lamar. Kasian sekali. Tiba-tiba, alangkah tidak beruntungnya diriku, sesuatu terjadi pada Heli. Sesuatu banget yah. Rantainya Heli lepas dari mesinnya, sehingga menyebabkan si Heli daripada tidak bisa daripada jalan. Well, jalan sih bisa, tapi didorong. 

Akhirnya, ku dorong Heli sampai bengkel yang sudah buka jam 7. Ternyata yang udah buka jam 7 itu cuma warteg, toko besi, apotik, sama tukang bubur. Aku berinisiatif menitipkan Heli pada tukang bubur, namun ku urungkan niatku, karena takut si Heli dijadiin cakwe. Akhirnya, ada bengkel yang setengah buka, aku sangat bahagia. Bagai kejatuhan duren dari langit, berdarah-darah masuk rumah sakit, tapi susternya cantik. How lucky I am.

Setelah meninggalkan Heli berdua dengan montir berjanggut pelit, aku melanjutkan perjalananku menuju kampus. Jam di tanganku menunjukkan pukul 7.30, aku panik. Keringat bercucuran tiada henti, Ayu Ting-Ting masih salah alamat. Dengan segera aku mencari angkot terdekat yang sedang menunggu mangsanya. Tetapi aku takut. Aku teringat kejadian-kejadian di angkot yang sangat tidak mengenakkan sekali. Aku takut nanti tiba-tiba aku diperkosa lalu dijual ke ancol untuk jadi badut kukang. Tanpa pikir panjang, karena memang otakku tidak bisa berpikir panjang, aku naik juga itu angkot. Lima menit berlalu, aku sampai di kampus, lalu aku berlari menuju eskalator menuju ruangan dimana seharusnya aku harus hadir 25 menit yang lalu. Oke, sebenarnya gara-gara itu lab-skill, jadi gw gak boleh telat. Biasanya sih gw baru sampe kelas 1 jam setelah kelas mulai, tapi gara-gara ini lab gw harus buru-buru. Sayang absennya booooo.

Kelas demi kelas kulalui. Detik demi detik kulewati. Jam demi jam kuganti baterenya. Saatnya aku menuju Mampang guna ikut serta dalam tes TOEFL. Tepatnya di gedung jamsostek. Aku bersama temanku, Janet, lebih mirip orang desa yang baru pertama kali ngeliat gedung besar. Kami tes di lantai 20. Yang aneh dari tes ini itu pengawasnya. Ngomong Inggris dengan logat khas Indonesia. Gw sempet ‘hah’ beberapa kali waktu dia ngasih pertanyaan ke gw.

Jadi, begitulah kiranya bagaimana aku melewati sebuah hari yang super. Oh iya, benerin si Heli biayanya sampe 300 ribu. Hasilnya, si Heli udah gagah lagi kaya si Agung Hercules yang nyanyi Astuti. Yeaaaaaaaaaah....

In my opinion, sekali-kali kalau dikasih hari kaya gini gak ada salahnya. It could cure our boredom. So, jangan pernah mengeluh fellas! When there is a will, there is a way.
Super Sekali

XD

1 comment:

  1. Trying to impose Raditya Dika's style?

    Anyway, nice post :D

    ReplyDelete