Okay this is suck. Gw baru saja dinobatkan menjadi seorang author yang menelantarkan blog-nya selama kurang lebih 4 bulan. Sadis. Gimana gw bisa jadi ayah yang sejati di masa depan? Bisa-bisa nanti gw nelantarin anak gw sampai dia menyusui sama tetangga sebelah dan nggak mengenali gw lagi. I am so damned.
So, gw mau berubah dari saat ini. Gw berjanji gak bakal nelantarin blog gw lagi. At least, gak sampe 4 bulanan kaya sekarang ini. My gratitude to Raditya Dika, yang waktu itu gw datengin seminarnya dan gw Cuma dapet sedikit ilmu dan banyak lawakan. Gw bingung dalam hati, kenapa orang kaya gini bisa jadi pembicara dalam sebuah seminar. Ah, tapi gak apa-apa lah, walaupun sedikit juga ilmu ini bener-bener berarti banget buat gw. Bener-bener ngebuka hati gw yang sempat tertutup beberapa lama. Many thanks dude.
Menulis lepas, itulah ilmu yang dia (dika) turunin ke gw. Yaitu menulis apa yang ada dalam pikiran kita secara spontan dan lepas. Tapi tetap memiliki makna yang terkandung di dalamnya, walaupun gw mengakui kadang emang gak bermakna sama sekali. Yang penting nulis, blog gak mati. Hooray for me! By the way, kalau gak salah sih seperti itu pengertian menulis lepas seinget gw. Kalau kalian menemukan arti yang beda dari lain sumber, berarti sumbernya salah. LOL
Kalau kalian mau tau, dan gw jamin kalian nggak bakal tau, gw nulis ini lewat ms word. Thanks to my modem device, gw gak bisa nge-post tulisan ini saat ini juga. Nothing wrong with my modem, it blinks and connects to my laptop. Tapi yang aneh adalah kenapa dia gak mau konek ke internet? Mari kita bertanya pada rumput yang dipangkas sama penjaga sekolah.
Mungkin ini penyakit immodemsi, yah sejenis impotensi tapi terjadi pada modem. Gejalanya persis sama yang modem gw alamin. Bentuknya masih oke, tapi gak kuat buat konek ke internet. Oke, gw tau kalo analogi gw sedikit ngaco tapi yang penting jangan dibayangin, apalagi di bulan puasa. Oke, bulan puasa ternyata udah lewat setelah gw ngecek kalender, jadi silahkan membayangkan.
Ngomong-ngomong soal modem, gw bingung sama internet provider yang ada sekarang ini. Semua bilang murah. Bahkan, mereka juga menyediakan modem dengan harga yang murah. Gw curiga mereka menjual chocolate bar, bukan modem. Yah, bayangin aja setelah kalian buka kardus modem itu lalu kalian colokkin ke laptop kalian, tiba-tiba laptop kalian disemutin. Awkward.
Soal murah itu ternyata gw salah. Walapun mereka bilang murah, dengan iming-iming paket yang bermacam-macam kayak di restoran fast food, ternyata itu masih mahal banget. Gw tekanin, mahal beudh (baca : beee’edh). Soalnya di luar negeri internet itu gratis. Di Korea Selatan ada wi-fi di tempat umum, free, cepet, dengan kecepatan yang gak bakal pernah kalian bayangin hal seperti itu akan ada di Indonesia 10 tahun kedepan. Di Jepang setiap rumah ada sambungan internet, kecepatannya sama kaya sambungan LAN (Local Area Network) tapi bedanya itu terhubung sama dunia yang kita sembah-sembah, internet.
Kalo aja setiap gedung-gedung instansi pemerintah dan swasta terbuat dari kaca seluruhnya, mungkin aja kita sekarang bisa nikmatin tulisan gw ini saat ini juga tanpa gw harus nungguin modem gw sembuh dari immodemsinya. Yah, tapi kita gak bakal tahu apa yang akan terjadi pada Indonesia besok kan? Cheers!
bagus postingan lu. gw udah kehilangan kemampuan gw sebagai seorang penulis. hiks.
ReplyDeleteayooo jangan sediiih.
ReplyDeletekemampuan nulis gak bisa hilang, dia cuma tidur untuk waktu yang lamaaaaaa banget.
keep writing gal!