31.12.10

Your Other Self, How 'bout that?

The memo was worked! Now I have so many ideas to tell, and so limited time to write the so many ideas in this so limited time. So, I decided to fulfill my promise first. If you still remember, gue pernah janji mau ceritain sedikit tentang masalah perbancian di hidup gue. Oke, gue parno sama banci (baca : bencong, read : sissy). Entah kenapa dan dari kapan gue parno sama yang berbau kaya gini. Bahkan kalau ada suara musik dari kejauhan, dan tiba-tiba waktu berhenti mendadak, gue udah tau bakal ada banci tampil dan gue langsung berdoa, berharap gue dikasih kekuatan invincible.

Sekitar sebulan yang lalu, gue ngalamin pekan terburuk dalam hidup gue. Yes, the worst week in my life. Gue disamperin banci 2x dalam seminggu, dan semuanya itu malem-malem.
Oh iya, ini juga kenapa yang gue heran dari banci. Mereka selalu keluar, joget-joget setelah matahari terbenam? Apakah mereka itu vampire yang gagal? Atau mereka itu pasukan dari Batman yang diberi nama Bat Sissy? Yah, hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Pertemuan gue yang pertama minggu itu waktu gue lagi di depan ATM. Gue lagi duduk di motor gue, sendirian. Yeah, alone. Dari awal emang gue udah salah strategi, jangan pernah sendirian malem-malem di daerah yang bnyak banci, atau bakal gini jadinya :

Gue : *bengong*
Banci : Malem, mas. Seribu.
G : Hah?
B : Minta seribu.
G : Seribu?
B : Iya, seribu.
(Gue hening sejenak, gue gak tau harus bilang apa. Saldo di dompet tinggal 15 ribu, dan itu untuk 2 hari hidup. Oke, gue nekat.)
G : Aduh, gak ada. Itu juga buat makan ma...mbaaak.
(Hampir gue nyebut dia 'mas'. Coba kalau sampe gue keceplosan manggil, mungkin dia bakal bilang gini "Mas? Heh lu manggil gue MAS? Sejuta atau harga diri lo! BURUAN!" Kalau udah kaya gitu, matilah gue.)
B : Yaudah, gope.
G : Gope yaa, abis itu udah yaa. Gope aja yaaa.
(Gue seketika jadi bahagia setelah dia nurunin tawaran dari seribu jadi gope.)
B : Iya, gope.
G : Nih.
B : *pergi, kembali berkumpul bersama teman-teman sebayanya*

Happy Ending. End of Story. The End.

Gue sempet kepikiran, kenapa orang rela jadi bukan dirinya untuk sesuatu yang mereka anggap itu penting. Contohnya dalam kasus banci ini, ya mereka terpaksa atau memang ada alasan tertentu buat mereka ngelakuin hal itu. Tapi kayaknya gak cuma dalam hal mencari nafkah aja deh orang bisa jadi orang lain. Dalam hal berteman juga kadang kita jadi orang lain. Mungkin, kita ngerasa kalau sifat kita ini gak disukain sama temen kita. Atau mungkin, malah kita sendiri yang ngerasa kalau sifat kita annoying banget. In the end, we change ourself to somebody.
In fact, it's really wrong. We know that people have different character inside them. And I believe, no one has the perfect character on them. Seperti Yin dan Yang, keburukan dan kebaikan selalu melengkapi satu sama lain. Kita gak bisa dengan gampang jadi bukan diri kita sendiri buat jadi lebih baik. Well, you know. Nobody is perfect.

No comments:

Post a Comment